DEPOK.WAHANANEWS.CO, KOTA DEPOK - Sosok presenter sekaligus penyanyi dangdut Ayu Ting Ting identik dengan kota kelahirannya yaitu Depok.
Bukan hanya pada Ayu, kota itu juga seolah sudah lekat dengan keluarganya. Ayu dan keluarganya diketahui tinggal di Depok, Jawa Barat. Meski terletak di gang sempit, rumah Ayu tampak begitu besar dibandingkan dengan rumah di sekitarnya.
Baca Juga:
JPO Depok Terkesan Jorok dan Dikeluhkan Warga, DLH Depok Gerak Bersih-bersih
Tinggal sejak lahir di lokasi tersebut, Ayu pun begitu terkenal di lingkungan rumah hingga di kalangan warga Depok. Berbicara soal Depok, kota itu sempat menjadi sorotan gegara banyak kejadian tidak terduga terjadi di sana.
Mulai dari awal munculnya virus COVID-19 di Indonesia, babi ngepet hingga penampakan keranda terbang. Selain terdapat fakta lain yang mengungkapkan jika Depok ternyata memisahkan diri dari Kabupaten Bogor pada 20 April 1999 silam.
Selain nama Depok diambil dari sebuah singkatan dalam bahasa Belanda. Depok memiliki singkatan De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen yang artinya Organisasi Kristen Protestan Pertama.
Baca Juga:
Gegara Ini, Mesin Insinerator Sampah di Depok Disegel Warga
Fakta itu bahkan membuat Ayu Ting Ting kaget. Sebelumnya ia belum mengetahui jika Depok ternyata berasal dari singkatan.
"Nggak tahu, baru tahu (Depok berasal dari singkatan). Tapi memang pernah denger dulunya Depok orang Belanda," kata Ayu Ting Ting di YouTube Malaka, dikutip dari Insertlive, Rabu (12/2/2025).
Diketahui, Depok sendiri memiliki sejarah dengan Kristen Protestan. Hal terjadi atas peran Cornelis Chastelein, pegawai VOC selama 20 tahun. Ia memulai kariernya sejak usia 20-an.
Awalnya, ia bekerja sebagai pengawas gudang lalu naik jabatan menjadi saudagar utama dan anggota Dewan Kota Batavia.
Selama bekerja, ia mendapat gaji bulanan sekitar 200-350 gulden atau yang pada zaman itu dinilai cukup besar. Meski mendapat gaji besar, Cornelis tidak langsung menghamburkan uangnya. Setelah menabung, Cornelis pun membeli tanah di sekeliling Batavia.
Dalam buku Depok Tempo Doeloe, terungkap jika tanah pertama yang dibeli Cornelius berada di kawasan Weltevreden atau yang kini dikenal sebagai Gambir pada 1693. Tanah itu lalu difungsikan untuk menanam tebu.
Dua tahun kemudian, ia memutuskan untuk pensiun dari VOC dan membeli tanah lagi di Serengseng atau yang kini disebut Lenteng Agung. Di lahan ini, ia menjalani kehidupan barunya sebagai tuan tanah dengan membangun rumah besar bersama keluarganya dan sekitar 150 budak.
Para budak itu lalu ditugaskan untuk mengurus perkebunan yang baru saja dibelinya di kawasan Mampang dan Depok. Lahan itu menghasilkan banyak tanaman seperti tebu, lada, kopi dan pala. Gegara hal itu, Cornelius pun menjadi salah satu orang terkaya di Batavia (Jakarta) hingga ia meninggal pada tahun 1714.
Usai wafat, Cornelius membagikan seluruh warisannya bukan hanya pada keluarga tapi juga kepada seluruh budaknya. Sebagai seorang Kristen yang taat, Cornelius ingin seluruh budaknya bisa hidup mandiri dan sejahtera setelah kepergiannya.
Cornelius juga ingin para budaknya menjadikan warisan yang diberikan itu sebagai tempat untuk menyebarkan agama Kristen di Batavia. Amanah itu lalu membuat para budak tersebut untuk mendirikan komunitas bernama De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen atau Organisasi Kristen Protestan Pertama.
Seiring berjalannya waktu komunitas itu berubah nama menjadi Depok yang merupakan singkatan dari nama komunitas tersebut. Para anggota komunitas itu lalu mendapat julukan Belanda Depok.
[Redaktur: Mega Puspita]