Dalil Ali, masakan menu warteg ini, punya ikatan emosional tertentu, apalagi bagi para eksekutif yang pernah merasakan masa perkuliahan dalam perantauan. Nah, warga Kota Depok adalah warga heterogen, perantau, atau sitizen yang lekat dengan gaya makan di luar rumah, lantaran aktivitas yang padat.
Daftar santapan dan harga di War+reg.
Baca Juga:
Menuju Indonesia Emas 2045, Madayansyah Tambunan: Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
"War+eg adalah makanan bunda, siapa sih, orang kota yang gaul masa muda tak pernah makan di warteg? Pastilah pernah, malah jadi tempat utama makan siang dan minum kopi. Jadi sudah mendarah-gading bagi kita. Tapi rumah makan ini konsep resto dengan makanan segar, bukan junk food," ulas Ali.
Jelas Ali menambahkan, selain ada rotasi menu dari pelbagai ala budaya daerah Nusantara, War+eg berikan bonus rupa-rupa sambal dari pelbagai etnis, seperti embek, asam manis, mara, terasi, dabu-dabu, doa, udang asam-sunti, dan sambal-sambal lain yang berganti-ganti.
Mari, nikmati masakan Nusantara yang lezat, murah meriah dalam suasana yang nyaman hanya di War+eg.
Baca Juga:
Eks KDN Fery Panjaitan Uji Keseriusan Walikota Pematangsiantar
[Redaktur: Hendrik Isnaini Raseukiy]